OLAHRAGA, iNewsSidoarjo.id - Kisah menyentuh tentang Martunis, seorang remaja yang selamat dari tsunami di Aceh dan menjadi satu-satunya pemain Muslim yang pernah bermain untuk Sporting Lisbon, akan dibahas dalam artikel oleh Okezone.
Nama Martunis sudah akrab di kalangan pecinta sepakbola Indonesia. Martunis, yang berasal dari Aceh, adalah salah satu anak yang selamat dari bencana tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.
Namun, ia juga dikenal luas karena keterlibatannya dengan Cristiano Ronaldo. Pada saat bencana terjadi, Martunis berusia 8 tahun dan terseret oleh gelombang tsunami yang merenggut lebih dari 230 ribu nyawa.
Selama 19 hari, ia mengalami kondisi terombang-ambing di lautan, hanya mengandalkan mie instan kering dan air mineral yang terapung di sekitarnya. Setelah melewati perjalanan sulit itu, Martunis akhirnya ditemukan oleh tim penyelamat pada bulan Januari 2005.
Saat diselamatkan, Martunis masih mengenakan jersey Timnas Portugal dengan nomor 10 dan nama Rui Costa di punggungnya. Kejadian ini ternyata menarik perhatian penggemar sepakbola di seluruh dunia.
Superstar Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo, bahkan tergerak untuk datang langsung ke Indonesia dan bertemu dengan Martunis yang mengenakan jersey imitasi Timnas Portugal. Ronaldo kemudian membantu Martunis dengan membangun kembali rumahnya.
Tidak hanya itu, pemain yang kini bermain untuk Al Nassr juga mengangkat Martunis sebagai anak asuhnya. Sebagai figur paternal, Cristiano Ronaldo berusaha mewujudkan impian Martunis, termasuk membuatnya menjadi pesepakbola internasional.
Usaha ini tercapai pada tahun 2015 ketika Martunis direkrut oleh Sporting Lisbon, salah satu klub besar Portugal yang juga menjadi tim profesional pertama Cristiano Ronaldo. Perekrutan Martunis oleh Sporting Lisbon menjadi perbincangan utama pada waktu itu.
Pasalnya, prestasi Martunis di dunia sepakbola belum terlalu mencolok, dan menjadi sorotan karena menjadi satu-satunya pemain Muslim dalam tim tersebut.
Sayangnya, pengalaman Martunis bersama Sporting Lisbon tidak berjalan lancar. Meskipun hanya menghabiskan satu tahun di akademi U-19, Martunis memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
Beberapa faktor menyebabkan kesulitan Martunis untuk meraih kesuksesan dalam karir sepakbolanya. Pertama, ia dianggap terlambat memulai karirnya sebagai pemain sepakbola, terutama di tingkat Eropa, karena baru memulainya pada usia 18 tahun.
Selain itu, kendala seperti perbedaan makanan, bahasa, cuaca, dan faktor lainnya turut berperan dalam kegagalan Martunis untuk bersaing di panggung sepakbola internasional.
Demikianlah kisah mengharukan Martunis, remaja yang selamat dari tsunami Aceh dan menjadi satu-satunya pemain Muslim yang pernah bermain untuk Sporting Lisbon.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait