2 Kali Diganjar Gelar Istimewa, Prabu Siliwangi Masif Bangun Infrastruktur di Pajajaran

Avirista Midaada
Prabu Siliwangi. (Ist)

CIREBON, iNewsSidoarjo.id – Prabu Siliwangi merupakan raja di Kerajaan Pajajaran yang begitu disegani. Ia memerintah dengan bijak dan memberikan dampak luar biasa, termasuk dari sisi perkembangan infrastruktur.

Konon masifnya pembangunan di masa Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja membuatnya dua kali diganjar gelar diwastu.

Hal ini terangkum dalam kisah Carita Purwaka Caruban Nagari, sebuah manuskrip yang digubah di bawah lindungan Pangeran Arya Carbon dari Cirebon yang selesai ditulis pada tahun 1720 M, keberadaan Prabu Siliwangi disebut sebagai raja Sunda yang ibu kotanya terletak di Pakuan Pajajaran.

Informasi ini serupa dengan manuskrip yang ditemukan pada pertengahan abad ke-19 M. Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai raja yang hebat di masa Kerajaan Pajajaran juga tertuang dalam sumber karya sastra Sunda.

Pada masanya, Sri Baduga atau Prabu Siliwangi membangun kembali ibukota Pakuan, memariti sekeliling ibukota Pakuan, membuat monumen berupa gugunungan, membuat akses jalan diperluas dan di pinggirnya selalu diberi batu sebagai pembatas jalan, membuat hutan lindung, dan membuat telaga Warena Mahawijaya, sebagaimana dikutip okzone.com pada Senin (17/7/2023) dari "Hitam Putih Pajajaran : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran".

Dari ini semua, tentu tidak mengherankan apabila Prabu Siliwangi atau nama asli Sri Baduga Maharaja sampai dua kali mendapatkan gelar diwastu.

Sebab masa pemerintahannya merupakan masa kejayaan dan kemakmuran Kerajaan Pajajaran. Terkait hal ini, ada pendapat baru yang diungkap bahwa sosok Prabu Siliwangi di mata masyarakat Sunda adalah sebuah fenomena peralihan zaman antara tatanan lama dengan tatanan baru.

Fenomena ini tidak jauh beda dengan sosok Brawijaya yang tertera dalam Babad Tanah Jawi disebut sebagai raja Majapahit akhir sebelum tunduk di bawah kekuasaan Demak. Sosok Prabu Siliwangi di wilayah Jawa bagian barat, dan Brawijaya di wilayah Jawa bagian timur menjadi tapal batas yang menciptakan sistem pergantian tatanan lama ke tatanan baru. Kedua tokoh ini menjadi simbol peralihan zaman yang mencakup kepercayaan, agama, dan masa kejayaan. iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network