Sesampainya di Jakarta, Sanawi bertahan hidup dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Namun, kerjaan seperti itu rupanya tidak memberi keberuntungan finansial bagi Sanawi. Jakarta tampaknya belum menjadi kota harapan bagi Sanawi.
Alih-alih pulang ke kampung, Sanawi bersama temannya pindah ke Samarinda, Kalimantan pada 2006. Menyambung hidup di Kalimantan selama setahun tidak serta merta membuat hidupnya berubah. Dengan modal jaringan pertemanan, Sanawi mencoba menghubungi temannya hingga ditawarkan berjualan es krim. Dengan modal Rp60.000 hasil pinjaman kawan, Sanawi mengayuh pedal sepeda untuk menjajalan es krim di sejumlah wilayah kota.
Cucuran keringat kerja keras ternyata membuahkan hasil, dalam sehari ia berhasil mendapatkan uang Rp150.000. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit merupakan peribahasa yang sekiranya cocok bagi prinsip Sanawi mengelola hasil keuntungan bersihnya.
Dirinya mengaku pantang makan sebelum es krimnya laku. Produk jualan Sanawi kian berkembang setelah dirinya menyisihkan keuntungan penjualan dengan prinsip hidup super hemat.
Dirinya kemudian membeli mobil dan motor untuk operasional usahanya. Seiring kerja kerasnya dalam berjualan es krim, jaringan bisnis Sanawi pun ikut berkembang. Sanawi mulai membangun komunikasi dengan beberapa pengusaha es krim sukses hingga miliki pabril sendiri dan ratusan diatributor.
Artikel ini telah tayang di iNews.id, berikut link beritanya :
https://www.inews.id/finance/bisnis/kisah-sanawi-tak-lulus-sd-hingga-sukses-jadi-pengusaha-es-krim/all
Editor : Nanang Ichwan
Artikel Terkait