JAKARTA - Etika bisnis Nabi Muhammad SAW menjadi faktor kunci kesuksesan, yaitu al-shiddiq (benar, jujur), al-amanah (tepercaya, kredibel), al-tabligh (komunikatif, transparan) dan alfathanah (cerdas, profesional).
Ternyata kesuksesan Rasulullah sebagai saudagar ditopang oleh etika yang dewasa ini disebut sebagai key success factor (faktor kunci kesuksesan).
Melangsir dari okezone.com Rabu (6/4/2022) sebagai pedagang yang sukses, Nabi Muhammad tidak hanya didasarkan atas untung-rugi, tetapi atas dasar saling membantu.
Selain itu, Rasulullah SAW juga sangat melarang sifat kikir dan merasa memiliki penuh tehadap harta. Ihwal hal ini, sampai-sampai Rasulullah menyebut orang yang merasa memiliki harta sebagai budak harta itu.
“Sengsaralah budak-budak uang, pakaian wol, dan sutra. Mereka bahagia jika ada yang memberi sesuatu kepada mereka dan merasa sedih jika tidak mendapatkan sesuatu," tulis HR Bukhari.
Cara pandang kapitalis yang hanya memandang untung rugi inilah yang diperangi oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Ada sebuah hadis inspiratif yang menunjukkan betapa Rasulullah selalu mengutamakan nilai kemanusiaan.
“Pernah suatu ketika Jabir melakukan perjalanan dengan menunggang seekor unta yang sudah kelelahan, tetapi saat Nabi Muhammad SAW memukul unta tersebut, ia berjalan lagi.
Lalu, Nabi menawar unta tersebut seharga satu uqiyah (sekitar 40 dirham) dan disetujui oleh Jabir dengan tetap membolehkan Jabir menggunakan unta tersebut sampai ke rumah, bahkan ditambah Nabi dengan satu qirat lagi," tulis HR Bukhari dan Muslim. Demikian dilansir dari Buku Bisnis Ala Nabi karya Mustafa Kamal Rokan, Jakarta, Rabu (6/4/2022).iNewsSidoarjo.id
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan