SIDOARJO, iNews.id - Bulan Ramadhan menjadi momen spesial bagi SD Al-Falah Darussalam, Tropodo, Kecamatan Waru, Sidoarjo. Sekolah ini mengintensifkan Program Takhosus, sebuah program unggulan untuk mencetak para penghafal Al-Quran.
Program ini diikuti oleh siswa kelas empat hingga kelas enam dan telah menghasilkan banyak hafidz dan hafidzah. Tak hanya itu, para siswanya pun banyak berprestasi dalam ajang MTQ dan Tafidz tingkat provinsi maupun nasional.
Salah satu contohnya adalah Dzakwan Achsan Taher, siswa Kelas 5A, yang saat ini mengikuti ajang lomba Qori Cilik tingkat nasional di salah satu stasiun televisi swasta. Meskipun baru berusia 11 tahun, Dzakwan berhasil masuk dalam enam besar dalam ajang bergengsi tersebut.
"Merasa senang bisa ikut lomba Qori Cilik, dan masuk enam besar," terang Dzawan, Senin (18/3/2024).
Kunci kesuksesan Dzawan adalah tekun dan terus belajar. Di rumah, ia selalu mengaji dan menghafal Al-Quran.
"Di rumah selalu mengaji dan menghafal, sesuai yang dianjurkan ustadz. Saya baca Al-Quran hingga sepuluh kali, kemudian mushaf ditutup, kita hafalkan. Kalo masih lupa, saya buka dan baca lagi," ujar Dzawan.
Pelajar yang bercita-cita menjadi dokter dan Imam Masjidil Haram ini, optimis bisa meraih juara satu dalam ajang lomba tersebut.
"Saya berharap bisa menjadi juara satu lomba qori cilik ini," jelas Dzawan.
Ustadz Fatchur Rofiq, koordinator Al-quran SD Reguler Al-Falah Darussalam, Tropodo, menjelaskan bahwa program Takhosus menggunakan dua metode pembelajaran, yaitu metode klasikal dan baca simak.
"Metode menghafalnya menggunakan klasikal dan baca simak, yakni klasikal dengan cara membaca bersama dengan gurunya. Sedangkan baca simak yakni dengan satunya membaca yang lainnya menyimak. Usai baca simak itu selesai, anak-anak kemudian berpasangan dua dua, satu murojaah satu menyimak dan dilakukan bergantian," jelasnya.
"Jadi tahapannya belajar mengaji dulu melalui jilid yang kita siapkan, ada lima jilid. Awalnya masuk kelas alquran, lanjut kelas ghorib, kelas tajwid, kemudian ada tes tahsin. Kalo dia sudah di nyatakan lulus tes itu, kemudian diwisuda tahsin, baru masuk kelas takhosus, atau kelas hafalan," katanya.
Pihak sekolah juga memiliki program penunjang takhosus, yaitu program takhosus camp. Program ini dilakukan satu tahun sekali, di semester satu.
"Jadi kita ajak anak anak keluar untuk kem sendiri selama dua hari. guna mengoptimalkan hafalan mereka agar capaiannya semakin tinggi," ungkap Nurul.
Pihak sekolah berharap program Takhosus ini mampu mencetak generasi penghafal Al-Quran sejak dini.
"Dengan adanya program takhosus ini, sedini mungkin kita bisa mencetak hafidz maupun hafidzah semaksimal mungkin, jadi setelah lulus SD mereka tidak hanya hafal juz 30, tapi bisa mencapai jauh dari itu," harap Nurul.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan