get app
inews
Aa Read Next : Kecelakaan Maut Bus Rosalia Indah Tol Pemalang-Batang, 7 Korban Tewas

Meninggal Tragis Ditangan Jepang, Inilah Kisah Roekiah Artis Lawas Masa Penjajahan

Jum'at, 28 Oktober 2022 | 08:56 WIB
header img
Dipaksa Jepang membuat film propaganda dan tur ke berbagai daerah, pada Februari 1945 Roekiah jatuh sakit dan keguguran. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNewssidoarjo.id – Masyarakat saat ini mungkin merasa asing dengan sosok bernama Roekiah. Seperti diketahui, Roekiah adalah artis lawas di masa penjajahan Hindia Belanda.

Dia menjadi pondasi dunia perfilman Indonesia. Ia lahir di Bandung, pada 31 Desember 1917, sejak kecil Roekiah sudah dikenalkan dengan dunia peran berkat orang kedua tuanya yang merupakan pemain sandiwara rombongan Opera Poesi Indra Bangsawan.

Dikutip dari WikiWand, Jumat (28/10/2021), sejak kecil Roekiah yang gemar menyanyi sudah sering berperan dalam pentas-pentas yang diadakan keluarganya.

Tumbuh besar dalam dunia seni, Roekiah pada 1937 mulai terjun ke dunia layar lebar melalui film Terang Boelan karya Albert Balink.

Sebagai pemeran utama, Roekiah beradu akting dengan Rd Mochtar dan berhasil meraup pendapatan hingga 200 ribu dolar selat.

Setelah sukses dengan Terang Boelan, perusahaan produksi film tersebut memutuskan berhenti menggarap film fiksi tersebut. Agar tak kehilangan pekerjaan, Kartolo suami Roekiah menciptakan Terang Boelan Troupe bersama mantan aktor Terang Boelan lainnya.

Perjalanan berikutnya, Roekiah dan Kartolo bergabung dengan perusahaan Tan’s Film. Bersama Tan’s Film, Roekiah berperan dalam film Fatima. Kembali beradu akting dengan aktor Rd Mochtar, pada 1938, sang bintang film mendapatkan pujian dari dunia film internasional.

Dielu-elukan di berbagai surat kabar, Roekiah dan Rd Mochtar menjadi pasangan selebriti layar lebar pertama di Indonesia pada masa kolonial.

Saking besarnya Roekiah, Tan’s Film pun rela mengeluarkan uang banyak untuk menggaji Roekiah bulanan agar tak kehilangan sang bintang.

Selain itu, perusahaan tersebut juga memberikan sebuah rumah kepada Roekiah dan Kartolo di Tanah Rendah. Namun malapetaka terjadi saat Jepang masuk menjajah Indonesia.

Roekiah direkrut pemerintah Jepang yang mengambil alih Indonesia dari Belanda pada 1942, menjadi artis di studio Nippon Eigasha. Roekiah dituntut membuat film-film propaganda.

Salah satu film yang dia bintangi dari studio tersebut berjudul ‘Ke Seberang’ pada 1944. Tak hanya berperan dalam film propaganda, Roekiah juga diminta membuat lagu dan melakukan tur Jawa untuk menghibur tentara Jepang.

Pada Februari 1945, Roekiah jatuh sakit dan keguguran. Namun, tentara Jepang yang kejam tak memperbolehkan Roekiah untuk istirahat dan memaksa dia tetap tur ke Surabaya.

Sekembalinya ke Jakarta, keadaan Roekiah semakin memburuk hingga akhirnya dia meninggal tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan.

Sang bintang meninggal pada 2 September 1945 di usia 27 tahun, pemakaman Roekiah dihadiri banyak tokoh Indonesia. Salah satunya adalah Menteri Pendidikan di masa itu, Ki Hadjar Dewantara.

Perjalanan Roekiah ini menjadi catatan sejarah perjuangan perfilman Indonesia jatuh bangun dari di masa ke masa. iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Follow Berita iNews Sidoarjo di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut