JAKARTA, iNews.id - Republik Indonesia kembali menemukan 'harta karun' di sektor energi yang memiliki segudang manfaat dan bernilai ekonumi tinggi.
Salah satunya yakni Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth. Menurut Badan Geologi, studi untuk mempelajari kandungan logam ini sudah dimulai sejak 2020. Namun, proses studi dan integrasi datanya belum rampung, sehingga potensi pastinya belum bisa diketahui.
LTJ termasuk Critical Raw Mineral (CRM), alias mineral mentah yang sangat penting untuk industri. Karena punya banyak manfaat, nilainya lebih tinggi dari emas dan platina.
“Logam tanah jarang ini sangat penting kaitanya pada beberapa bidang tertentu seperti bidang meterologi untuk pembuatan pesawat luar angkasa, lampu energi tinggi dan semi konduktor, sehingga logam tersebut sangat mahal, bahkan jauh lebih mahal dibandingkan emas, dan platina,” ujar Dosen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (UNAIR) Ganden Supriyanto.
Adapun beberapa manfaat LTJ yang lain ialah sebagai bahan penyempurnaan produk teknologi terutama di bagian lapisan layar hingga dimanfaatkan untuk pembuatan neomagnet.
Tak hanya di sisi teknologi, di sisi otomotif, logam ini juga menjadi bahan baku pendukung mobil listrik, mulai dari tenaga penggerak mobil sampai logam pelapis kendaran listrik. Material super langka ini mampu menambah kekuatan logam lainnya.
Mineral ini juga mendukung produksi alutsista seperti satelit, rudal, laset dan lainnya. Manfaat lainnya ialah menjadi bahan baku pembuatan pembangkit listrik, penyimpanan listrik, pendukung tambang, hingga mendukung produk teknologi untuk mendeteksi kanker dan jenis penyakit lain.
Lalu, di mana saja daerah Indonesia yang diperkirakan mengandung LTJ? Mengutip Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah 2017, LTJ tersebar di Sumatera dan Kalimantan.
Pada pulau Sumatera, jenis endapan LTJ yang terbentuk adalah LTJ pelapukan dengan volume mencapai 4.426.115,4 ton.
Dengan estimasi sekitar 0,45 persen dari volume tersebut mengandung LTJ, maka paling tidak lebih dari 19.000 ton LTJ terkandung padanya. Untuk khusus di Pulau Bangka Belitung, jenis endapan LTJ-nya adalah LTJ tailing, hasil penambangan timah.
Volume endapan tersebut mencapai lebih dari 16,6 miliar meter kubik. Dengan asumsi yang sangat kecil, yakni hanya 0,0023 persen, paling tidak terdapat lebih dari 383.000 ton LTJ.
Jika asumsi ini ditingkatkan, paling tidak LTJ yang bisa direcovered sekitar 5 persen dari volume awal, maka ada sekitar 833.130.000 ton LTJ yang dapat diolah.
Paling tidak ada 12 oksida logam tanah jarang yang diidentifikasi dari hasil penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di Provinsi Bangka Belitung, mineral LTJ merupakan hasil samping dari penambangan timah.
Estimasi potensi LTJ secara hipotetik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 7 juta ton, berdasarkan hasil penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Mineral-mineral yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu ilmenit (32,43 persen), zircon (16,65 persen), kasiterit (12,59 persen) dan monasit (11,76 persen).
Monasit (Ce,La,Y,Th)PO3) merupakan senyawa fosfat LTJ yang mengandung 50-70 persen oksida LTJ.
- Monasit, terdapat di Bangka, Belitung, dan Kundur, diperkirakan jumlahnya 180.323 ton.
- Xenotim, terdapat di Bangka, Belitung, dan Kundur, diperkirakan jumlahnya 21.876 ton.
- Zircon, terdapat di Bangka, Belitung, dan Kundur, diperkirakan jumlahnya 1.226.268 ton.
Sedangkan pada Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, endapan LTJ yang ada adalah endapan LTJ laterit dengan volume masing-masing mencapai 1.928.640 ton dan 1.515.056 ton.
Dengan menggunakan rasio estimasi yang sangat kecil terhadap volume yang ada, yakni sekitar 0,0114 persen (Pulau Kalimantan) dan 0,0292 persen (Pulau Sulawesi), maka jumlah minimal LTJ yang dapat diolah sekitar 219 ton dan 443 ton.inewssidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait