SURABAYA, iNews.id - Sebanyak 129,76 ton pupuk asal kotoran kelalawar atau bat guano di ekspor ke Benua Hijau, Australia. Ekspor pupuk dengan nilai ekspor Rp 838 juta itu difasilitasi Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Pertanian Surabaya.
Ekspor pupuk bat guano ini merupakan yang pertama kalinya lewat Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. "Sebelum diekspor, kami melakukan pemeriksaan administrasi dan kesehatan terhadap pupuk guano," kata Lesty, dokter hewan karantina ketika melakukan pemeriksaan.
"Tujuannya ini untuk memastikan bebas dari avian influenza (AI) yang merupakan hama penyakit hewan karantina (HPHK) seperti persyaratan negara tujuan," tambahnya.
Lesty menjelaskan bahwa Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal dengan sebutan flu burung adalah penyakit zoonosis (menular kepada manusia). AI dapat menginfeksi unggas seperti burung, bebek, angsa dan ayam.
Sementara pupuk guano adalah jenis pupuk organik yang dihasilkan dari kotoran kelelawar, burung laut dan anjing laut yang sudah mengendap lama di dalam gua.
Pupuk guano dapat meningkatkan produktivitas tanah yang kekurangan unsur hara sehingga menjadi kebutuhan beberapa negara lain. Bahan baku pupuk ini dipanen di daerah Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua, sebagian Sumatra, Madura dan Nusa Tenggara. Sementara Jawa Timur merupakan salah satu daerah pengolah terbesar di Indonesia.
Kepala Karantina Pertanian Surabaya, Cicik Sri Sukarsih menjelaskan, berdasarkan data lalu lintas komoditas pertanian, IQFAST diwilayah kerjanya tercatat 20 ton pupuk guano berhasil diekspor ke Amerika Serikat pada tahun 2021.
Untuk tujuan Australia, ini merupakan ekspor perdana dari Jawa Timur di tahun 2022. Cicik juga menyebutkan bahwa selama kurun waktu Januari hingga Maret 2022, volume ekspor pupuk guano meningkat menjadi 152,76 ton.
Negara tujuannya juga bertambah, yakni Amerika Serikat dan Australia. Hal ini merupakan wujud komitmen Karantina Pertanian Surabaya dalam mendukung program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang, mengapresiasi adanya pasar ekspor baru untuk komoditas unggulan. Sebagai informasi, dari rilis BPS mencatat adanya peningkatan ekspor pertanian hingga bulan Februari tahun 2022 sebesar 11,45% (YoY).
Momen peningkatan ekspor yang telah tercatat ditahun 2019 sampai dengan 2021 akan terus dijaga melalui program on-farm, off-farm dan kolaboratif dengan berbagai pihak.
“Untuk ekspor, kami siapkan layanan "karpet merah", dan Barantan siap mengawal dan memastikan bahwa seluruh komoditas pertanian yang diekspor memenuhi persyaratan negara tujuan, sehingga tidak ada penolakan atau notification of non compliance (NNC) dari negara tujuan," pungkas Bambang.
Editor : Nanang Ichwan
Artikel Terkait