Kerjasama Bentuk Poros Baru Kekuatan Geopolitik Dunia, Erdogan Berkunjung ke Indonesia

Awaludin
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden RI Prabowo Subianto (foto: Okezone/Raka)

JAKARTA, iNewsSidoarjo.id - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkunjung ke Indonesia. Kedatangannya di Bandara Halim Perdanakusumah, pada Selasa 11 Februari 2025, langsung disambut Presiden Prabowo Subianto dengan upacara kenegaraan.

"Kunjungan kenegaraan Presiden Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan memberi pesan kepada dunia sebagai bentuk keinginan bersama, membangun hubungan berupa poros kekuatan geopolitik baru di dunia, prioritas utama adalah pembangunan kembali Gaza dan menolak relokasi warga Palestina di Gaza" ujar Syahganda dalam keterangannya yang dikutip dari okzone.com pada kamis (13/2/2025).

Tokoh aktivis dan pengamat politik, Syahganda Nainggolan menilai kunjungan Erdogan ke Malaysia, Indonesia dan Pakistan menunjukkan kekuatan yang bisa membuat poros baru kekuatan geopolitik dunia yang dapat membawa aspirasi dunia Islam, mengingat ketiga negara yang di kunjungi adalah negara-negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Indonesia dan Pakistan.

Sebelum ke Indonesia, Erdogan terlebih dulu mengunjungi Malaysia yang memberi pesan dalam lawatannya kali ini bisa dijadikan kesempatan membentuk poros kekuatan baru, dengan membahas persoalan geopolitik dunia yang sedang terjadi. "Indonesia, Malaysia, Pakistan dan Turki bisa membangun kesepahaman membentuk poros kekuatan baru negara muslim di dunia, baik dalam aspek perdamaian dan perekonomian, dalam kesempatan lawatannya Indonesia bersama Turki, Malaysia dan Pakistan bisa membuat komunike bersama menolak dan melawan usulan Trump dan Israel yang ingin merelokasi warga Palestina di Gaza," tegasnya.

Pada saat bersamaan, ahli Hubungan Internasional UIN, Teguh Santosa menyatakan, Turki dan Indonesia sebetulnya sudah membangun kerjasama dalam MIKTA. "Indonesia dan Turki juga perlu mengkongkretkan kemitraan kedua negara dalam kerangka kerjasama MIKTA yang dimulai tahun 2013," ujar Teguh Santosa yang juga adalah Ketua Umum JMSI.

Kata dia, MIKTA ini bisa menjadi platform alternatif bagi Indonesia membangun kemandirian dan menawarkan solusi perimbangan kekuatan politik di dunia. Grup informal middle power MIKTA yang terdiri dari Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia, dapat menjadi platform alternatif bagi Indonesia untuk membangun kemandirian dan menawarkan berbagai solusi perimbangan kekuatan di arena global.

Untuk diketahui, MIKTA adalah platform yang dibangun anggota-anggotanya fokus pada kerjasama ekonomi yang berimbang, penguatan isu lingkungan, dan energi terbarukan. "MIKTA sendiri adalah platform yang lebih fokus pada kerjasama ekonomi yang berimbang, penguatan isu lingkungan dan energi terbarukan," pungkasnya. iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network