Tumpeng raksasa ini dibuat oleh warga desa sendiri dengan menggunakan 75 kwintal kedelai. Proses pembuatannya memakan waktu sekitar 24 jam.
"Tempe yang digunakan berasal dari para perajin tempe di desa ini. Mereka menghibahkan tempenya sebagai bentuk sedekah dan doa," jelas Hasanuddin.
Ribuan warga antusias mengikuti tradisi ini. Mereka berebut tempe yang dilempar dari atas tumpeng. Bagi mereka, mendapatkan tempe dari tumpeng raksasa ini membawa berkah dan rejeki.
"Senang sekali bisa ikut tradisi ini. Meski tempenya remuk, tapi kami tetap senang," kata Santosa, salah satu warga.
Tradisi ruwat desa dengan tumpeng tempe raksasa ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Desa Sendengan Mijen. Tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya dan identitas desa.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait