KALIMANTAN, iNewsSidoarjo.id – Saranjana dipercaya sebagai kota gaib penuh misteri di Kalimantan. Tapi letaknya masih menimbulkan perdebatan. Berbagai cerita muncul menggambarkan keunikan kota tak kasat mata yang dipercaya sebagai pusat kerajaan jin tersebut.
Meski keberadaan masih misteri, namun Kota Saranjana rupanya pernah tercatat dalam peta kuno. Di antaranya adalah peta Salomon Muller 1854, peta Isaac Dornseiffen 1868, kamus Pieter Johannes Veth 1869, hingga Sketch Map of the Residency Southern and Eastern Division of Borneo 1913.
Lokasi Kota Saranjana memiliki beragam versi sebagaimana diungkapkan sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Mansyur dalam jurnalnya berjudul "Saranjana in Historical Record: The City’s Invisibility in Pulau Laut, South Kalimantan", dikutip dari okzone.com pada Minggu (17/12/2023).
Beberapa kejadian mistis yang terjadi di Kalimantan dikaitkan dengan Saranjana. Lalu di mana lokasi pastinya? Versi pertama konon berada di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Versi kedua Saranjana berada di Teluk Tamiang, Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Versi ketiga berada di bukit Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimantan Selatan. Meski lokasinya berbatasan langsung dengan laut dan cocok dijadikan tempat wisata, namun warga setempat menganggap tempat tersebut angker.
Menurut informasi, Saranjana berasal dari Legenda Kerajaan Pulau Halimun. Dalam legenda tersebut diceritakan Raja Pakurindang memiliki dua orang putra, yakni Sambu Batung dan Sambu Ranjana.
Kedua putra Raja Pakurindang diketahui sering berkelahi. Oleh karena itu, keduanya akhirnya dipisah. Sambu Batung dan Putri Perak diberikan tanah di utara pulau yang menjadi cikal bakal Gunung Sebatung.
Sementara Sambu Ranjana diberi tanah gaib di selatan pulau untuk melanjutkan hidup menutup diri yang akhirnya membentuk Kota Saranjana. Dalam perspektif yang lain juga disebutkan Saranjana merupakan wilayah kekuasaan suku Dayak Samihim yang mendiami daerah timur laut Kalimantan Selatan.
Dipercaya kerajaan tersebut sudah ada sejak 1660-an dan dikepalai oleh Sambu Ranjana. Semua anggota suku masih menganut kepercayaan animisme. Namun, seiring berjalannya waktu Sambu Ranjana beralih jadi Hindu. Namun karena ada perang melawan kekuatan asing, semua warga Dayak Samihim kemudian meninggalkan Saranjana. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait