SIDOARJO, iNews.id - Debat perdana Pilbup Sidoarjo 2024 antara paslon nomor 1, Subandi - Mimik Idayana melawan paslon 2, Ahmad Amir Aslichin - Edy Widodo secara umum dari teknis dan penampilan serta substansi materi debat masih belum menarik.
Hal itu disampaikan Kasmuin, Pengamat politik dari Center for Participatory Development Indonesia atau yang akrab disapa CePAD usai menyaksikan debat kedua paslon pada Sabtu (19/10/2024) malam yang digelar di Fave Hotel dan disiarkan langsung ive iNews TV.
Menurut Kasmuin, ending utama dalam sebuah debat publik atau debat kandidat adalah adu kualitas gagasan yang bersifat (dalam tataran) kebijakan. Ia menuturkan bahwa penonjolan tentang keinginan dan impian atau cita-cita tentang kondisi masyarakat dan daerah yang ingin dicapai harus ditampakkan.
Dalam pengamatan teknis, sebut dia, kedua kandidat masih terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pengetahuan teknis, bukan kebijakan strategis. Sehingga, menurut dia, visi-misi yang disampaikan di depan tidak terpaparkan atau terjabarkan dalam argumentasi teknisnya.
"Visi-misi dan paparan dalam tanya jawab menjadi kurang nyambung. Kedua Paslon terjebak pada promotion program yang menggoda harapan publik dalam hal ini pemerintah desa dan masyarakat desa," jelasnya ahli pengamat tata kelola dan administrasi desa itu.
Lebih jauh ia berpendapat bahwa dari perspektif kebijakan dan pengelolaan keuangan publik bisa dikatakan sama-sama tidak logis.
"Memberikan BK Rp 500 juta per desa atau bantuan Rp 300 - 500 juta per dusun sangat sulit dicari logikanya. Secara umum dari teknis dan penampilan serta substansi materi debat bisa dikatakan masih belum menarik," pungkas pengamat yang akrab disapa Aba Kasmuin itu.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait