JAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Ketawadhuan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu benar-benar mengagumkan dan layak diteladani. Umar bin Khattab sendiri dibuat takjub karena tak dapat mendahuluinya.
Inilah sosok sahabat paling utama dan paling dicintai baginda Nabi Muhammad. Dikutip dari sindonews.com, Kamis (27/7/2023) Dalam riwayat Hadis, beliau pernah bersabda:
"Sebaik-baik orang dari umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar." (HR Ahmad) Khalifah Abu Bakar memiliki banyak keistimewaan.
Beliau digelari Ash-Shiddiq karena selalu membenarkan perkataan dan sikap Nabi Muhammad. Beliau selalu membersamai Rasulullah dalam keadaan suka maupun duka dan menemani Nabi saat Hijrah ke Madinah.
Berikut kisah ketawadhuan Abu Bakar diceritakan Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ma'had Subulana Bontang dalam satu kajiannya.
Kisah ini diketengahkan dalam Kitab Usdul Ghabah Jilid 3 karya Imam Ibnul Atsir rahimahullah beserta sanadnya.
1. Setiap Hari Memberi Makan Perempuan Tua yang Buta Setiap menjelang malam Sayyidina Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu mendatangi perempuan tua dan buta yang tinggal di pinggiran Madinah.
Umar memberinya makan dan minum, juga membantu menunaikan segala keperluannya. Suatu ketika, tatkala beliau berkunjung ke rumah perempuan itu, Sayyidina Umar mengetahui seseorang telah mendahuluinya ke sana. Bahkan orang itu mengurusi segala keperluannya.
Beberapa kali Umar mendatangi perempuan itu, namun selalu didahului orang tersebut. Maka Umar pun mengintainya untuk mencari tahu siapa orang yang selalu mendahuluinya itu. Ternyata orang itu tidak lain ialah Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan saat itu Abu Bakar radhiyallahu 'anhu sudah diangkat menjadi khalifah kaum Muslimin.
Ketika menjumpainya, Umar pun berseru: "Ternyata orang itu adalah engkau!"
2. Membantu Memerah Susu Kambing Dalam riwayat selanjutnya, Abu Bakar biasa membantu memerah susu kambing-kambing milik orang-orang di kampungnya terutama dari kalangan orang miskin.
Ketika beliau dibaiat menjadi khalifah, salah seorang perempuan tua dari kampungnya itu mengeluh: "Sekarang engkau tidak akan bisa lagi membantu kami memerah kambing-kambing ini." Mendengar keluhan itu, Sayyidina Abu Bakar pun menjawab: "Tidak demikian, aku akan tetap memerahnya untuk kalian. Dan aku berharap kebajikan yang biasa kulakukan tidak berubah setelah aku menjadi khalifahnya umat ini."
Dan ternyata ucapan itu terbukti, Abu Bakar tetap menyempatkan diri membantu orang-orang itu memerah susu dari kambing-kambing mereka. Disebutkan Abu Bakar bahkan bukan hanya sekadar membantu memerahkan susu, tapi juga memberikan pelayanan tambahan.
Terkadang beliau akan bertanya kepada perempuan tadi: "Wahai Ibu, engkau ingin buihnya dibiarkan atau dihilangkan?" Wanita tua itu menjawab, "Aku ingin buihnya dibiarkan." Namun terkadang dia menjawab: "Hilangkan saja."
Sayidina Abu Bakar selalu melakukan seperti apa yang diminta oleh perempuan itu.
3. Memilih Jalan Kaki Saat Mengantar Panglima Perang Muslim Imam Al-Baihaqi rahimahullah dalam Sunan-nya menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Sa'id bin al-Musayyib bahwa tatkala hendak mengirimkan pasukan muslimin ke negeri Syam.
Abu Bakar mengangkat Yazid bin Abi Sufyan, Amr bin al-Ash, dan juga Syurahbil bin Hasanah sebagai panglimanya. Setelah ketiganya menaiki kendaraan, Abu Bakar mengantarkan mereka hingga ke Bukit Wada.
Para panglima itu karena merasa tidak enak berkata: "Wahai Khalifahnya Rasulullah, mengapa engkau berjalan mengantarkan kami sedang kami menaiki kendaraan?" "Aku berharap memperoleh pahala atas langkahku ini membersamai kalian dalam jihad di jalan Allah," jawab sang Khalifah Abu Bakar.
Itulah sekelumit ketawadhuan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mengagumkan. Semoga kita dapat meneladaninya. Wallahu A'lam iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait